Adaptasi Budaya Idola Jepang di Dunia Hiburan Tanah Air

Sebelum memulai pembahasan lebih jauh mengenai pembahasan dinamika fandom JKT48 lebih jauh, mungkin baiknya penulis akan menjelaskan rangkuman terkait dengan konsep idola di Jepang.

Bagi pembaca yang tidak mengikuti dunia Jejepangan, mungkin idola yang terbayang sosok selebriti dengan popularitas besar, baik di dunia musik, film, maupun media sosial. Namun, konsep idola di Jepang memiliki cara pandang yang berbeda. Dengan perpaduan antara dedikasi, pelatihan intensif, dan interaksi langsung dengan penggemar, fenomena idola di Jepang telah menjadi salah satu pilar industri hiburan yang memengaruhi tren global. Termasuk bagaimana pengaruh konsep idola Jepang ini dibawa ke Indonesia dan diadaptasikan pada grup idola JKT48 yang merupakan waralaba 48 Group pertama di luar negeri.

Mari kita mulai dari dasar untuk memahami konsep grup idola Jakarta satu ini, yaitu asal budaya peridolaan di Jepang. Yossha-ikuzo!

Sistem Idola di Jepang

Sejarah Idol di Jepang

Konsep idola di Jepang pertama kali muncul pada era 1970-an, ketika artis seperti Momoe Yamaguchi dan Candies mendefinisikan ulang peran penyanyi wanita muda sebagai simbol budaya pop. Tren ini berkembang pada era 1980-an dengan munculnya Onyanko Club, grup idola pertama yang memiliki banyak anggota dan memberikan kesempatan interaksi langsung dengan penggemar. Konsep Onyanko Club menjadi inspirasi utama bagi pembentukan AKB48 dan grup idola modern lainnya.

Pada era 1990-an, industri idola mengalami masa stagnasi akibat persaingan dari genre musik lain seperti rock dan hip-hop. Namun, Yasushi Akimoto, pencipta Onyanko Club, berhasil menghidupkan kembali konsep idola dengan menciptakan AKB48 pada tahun 2005. Sejak saat itu, idola Jepang berkembang menjadi fenomena global dengan berbagai inovasi yang terus menarik perhatian dunia.

Definisi dan Cara Kerja Idol

Idola di Jepang, atau yang biasa disebut idol, merupakan figur selebritis multi-talenta yang menguasai berbagai bidang seperti menyanyi, menari, akting, dan bahkan menjadi host acara TV. Namun, apa yang membuat mereka unik adalah fokus pada konsep growth story, di mana penggemar tidak hanya mendukung kesuksesan mereka tetapi juga menyaksikan perjalanan mereka dari awal karier hingga mencapai puncak popularitas. Hal ini menciptakan ikatan emosional yang kuat antara idola dan penggemarnya.

Selain itu, idola Jepang biasanya memiliki imej yang positif, polos, dan ramah. Mereka diharapkan menjadi panutan dengan sikap rendah hati dan kerja keras yang konsisten. Meskipun mereka adalah selebritas, mereka tetap terlihat accessible bagi penggemarnya. Kombinasi antara bakat, kepribadian, dan kedekatan dengan penggemar inilah yang membedakan idola Jepang dari selebritas lainnya di dunia.

Hubungan dengan Penggemar

Salah satu aspek penting dari idola Jepang adalah hubungan mereka dengan penggemar. Mereka sering mengadakan acara interaksi langsung, seperti handshake event, fan meeting, dan konser skala kecil. Ini memungkinkan penggemar untuk merasa dekat dengan idola favorit mereka. Selain itu, beberapa idola aktif di media sosial, menjadikan interaksi dengan penggemar semakin mudah dan terasa personal.

Konsep “idols you can meet” adalah inti dari budaya idola Jepang. Berbeda dengan selebritas tradisional yang sering kali terasa jauh, idola Jepang memberikan pengalaman personal bagi penggemarnya. Mereka tidak hanya menonton, tetapi juga berpartisipasi aktif dalam perjalanan karir sang idola. Penggemar dapat melihat sisi manusiawi idola mereka, termasuk perjuangan, kegagalan, dan keberhasilan yang diraih melalui kerja keras.

Sistem Pelatihan dan Promosi

Calon idola seringkali memulai perjalanan mereka sebagai trainee (kenshuusei), menjalani pelatihan intensif dalam menyanyi, menari, dan keterampilan lainnya sebelum resmi debut. Pelatihan ini mencakup aspek teknis seperti vokal dan koreografi, tetapi juga pelatihan non-teknis seperti pembentukan karakter dan kemampuan berinteraksi dengan penggemar. Dalam konsep 48 Group, kenshuusei ini didebutkan dengan kemampuan dasar dan diharapkan akan terus berkembang melalui pelatihan dan penampilan rutin. Sehingga diharapkan dalam jangka waktu tertentu, kenshuusei ini dapat naik menjadi member tim.

Selain itu, masa aktif seorang idola biasanya relatif pendek. Banyak dari mereka memilih untuk “lulus” (graduate) dari grup setelah mencapai usia tertentu atau ketika popularitas mereka mulai menurun. Sistem ini memberikan ruang bagi generasi baru untuk masuk dan menjaga grup tetap segar. Pergantian anggota secara berkala juga menjaga dinamika grup tetap menarik bagi penggemar.

Bentuk Aktivitas Penggemar

Memahami istilah “Wota” yang sebenarnya

Sebutan wota dalam kultur pop tanah air saat ini bukanlah sesuatu yang terdengar asing. Meskipun wota di Indonesia sering dikonotasikan sebagai fans JKT48, namun nyatanya hal tersebut tidak sepenuhnya benar (dan akun official JKT48 juga pernah menyebut penggemarnya sebagai wota, meskipun akhirnya tidak pernah dipakai lagi).

Sebutan wota sendiri merujuk pada penggemar pria yang bersemangat mendukung idolanya. Ia berasal dari kata otaku. Kelompok ini mulai terbentuk pada dekade 80’an dan dikenal sebagai “pengawal” untuk mendukung idolanya yang tampil di publik dan konser. Wota ini menampilkan gerakan wotagei, rangkaian chant, dan gerakan teratur tertentu sebagai bentuk dukungan dan apresiasi terhadap idola. Di Indonesia juga terdapat istilah woti yang merujuk pada penggemar perempuan, meskipun istilah ini sebenarnya merupakan adaptasi lokal.

Penggemar idola Jepang memiliki peran penting dalam mendukung karier idola favorit mereka. Aktivitas utama mereka meliputi menghadiri konser, acara temu penggemar (fan meet), dan handshake event. Dalam acara-acara ini, penggemar dapat berinteraksi langsung dengan idola mereka, menciptakan pengalaman yang sangat personal dan bermakna.

Di luar acara resmi, penggemar juga terlibat dalam kegiatan komunitas, seperti mengorganisasi dukungan kolektif saat konser besar, mengirimkan hadiah, atau bahkan membuat proyek kreatif seperti video tribute dan ilustrasi fan art. Hal ini menunjukkan rasa cinta dan dedikasi mereka kepada idola. Banyak penggemar juga bergabung dalam forum online dan media sosial untuk berbagi pengalaman dan berita terbaru tentang idola favorit mereka.

Budaya penggemar idola di Jepang ini telah memperkenalkan beberapa istilah slang yang digunakan di publik, antara lain:

DD, singkatan untuk daredemo daisuki, berlaku bagi orang yang tidak memiliki anggota favorit. Variasi dari DD adalah kata bako-oshi, yang menunjukkan dukungan untuk grup idola secara grup. Istilah lain yang kerap digunakan adalah oshimen, yang berarti anggota favorit/yang paling disukai.

Memahami Chant dalam Idol Jepang

Wotagei, sorakan atau gerakan tari khas yang dilakukan oleh penggemar ketika menonton konser-konser idola Jepang.
Photo by Ryo FUKAsawa, CC BY 2.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=27555901

Salah satu bentuk partisipasi penggemar yang paling ikonik adalah chant, yaitu seruan kolektif yang diucapkan secara serempak oleh penggemar selama pertunjukan idola. Chant tidak hanya menambah semangat dalam pertunjukan, tetapi juga menjadi bagian integral dari pengalaman menonton konser idola Jepang.

Pada umumnya, chant yang digunakan pada 48Group disebut sebagai Mix. Mix sendiri telah dikenal di kalangan wota pada akhir 1990-an, termasuk di konser Z-1 dan kemudian Hello! Project. Kemudian Onyanko Club dan Morning Musume memelopori pengalaman konser yang melibatkan interaksi langsung dengan penggemar. Namun, konsep chant mix modern lebih terstruktur dan mulai berkembang pesat setelah kehadiran AKB48 dan grup-grup dalam 48Group lainnya.

Teater AKB48 menjadi tempat penggemar mengembangkan pola chant yang lebih seragam. Seiring waktu, chant mix ini menyebar ke grup idola lainnya, bahkan menjadi bagian yang diantisipasi dalam setiap konser idola Jepang.

Chant mix dalam budaya idola Jepang memiliki beberapa jenis yang paling populer, antara lain:

Chant Mix Standar
Chant mix standard biasanya menggunakan frasa pendek yang diucapkan dalam waktu tertentu selama lagu dimainkan. Chant mix yang biasa disebut sebagai standard adalah:

“Tiger! Fire! Cyber! Fiber! Diver! Viber! Jya Jya!”

Dalam penggunaannya, chant mix standard ini sering dilanjutkan menggunakan Japanese Mix dan Ainu Mix. Pada dasarnya mix tersebut merupakan penerjemahan dari standard mix dalam bahasa Jepang dan Ainu.

“Tora! Hi! Jinzou! Seni! Ama! Shindou! Kasentobijokyo!”

“Chape, Ape, Kara, Kina, Rara, Tusuke! Myohontusuke!”

Chant Nama Anggota
Penggemar sering kali meneriakkan nama anggota idola saat bagian tertentu dalam lagu, biasanya pada jeda atau selama solo anggota tersebut. Hal ini menunjukkan dukungan personal kepada anggota favorit mereka.

Chant Lagu Khusus
Beberapa lagu memiliki pola chant unik yang dirancang khusus untuk lagu tersebut. Biasanya chant ini sudah dikenal di kalangan penggemar lama dan diteruskan kepada penggemar baru. Contoh kasus chant lagu yang khusus di JKT48 adalah pada lagu “Ingin Bertemu” atau “Aitakatta”, dimana mereka menggunakan obagei chant pada lagu tersebut.

Oshi Chant
Penggemar sering meneriakkan nama idola favorit mereka (oshi) pada bagian akhir tertentu dalam lagu sebagai bentuk penghormatan khusus.

Selain chant populer tersebut, terdapat banyak variasi chant yang digunakan dalam mendukung idola. Jika merujuk pada jenis chant mix yang sering digunakan pada lagu-lagu JKT48, masih ada jenis chant seperti gachi koi yang seperti ucapan cinta atau kahen-3-ren mix.

Belum lagi, variasi chant mix yang lebih banyak bisa ditemui pada pertunjukan underground idol atau chika idol di Jepang. Variasi tersebut juga bisa ditemui di pertunjukan chika idol Indonesia. Pernahkah kalian berpikir bahwa mantra-mantra pada serial “Harry Potter” atau kalimat-kalimat ikonik anime “Captain Tsubasa” dijadikan chant oleh para pendukung idola dan diteriakkan saat pertunjukannya?

@ustadzwota

Tutorial Tsubasa Mix Versi 2 – Rugi Sudah Dicium Sama Kamu JKT48 Follow Ustad Wota supaya gak kentinggalan konten yang lainnya. jkt48 chantjkt48 kissshitesonshichatta

♬ suara asli – Ustadz Wota – Ustadz Wota

Chant mix biasanya memiliki struktur berikut:

Bagian Pembuka
Chant dimulai di awal lagu, sering kali mengikuti intro instrumental. Penggemar meneriakkan frasa standar seperti “Tiger! Fire! Cyber!” yang diikuti oleh variasi lainnya.

Bagian Interlude
Pada bagian lagu dengan jeda atau instrumen tanpa vokal, chant mix berlanjut dengan pola seruan yang telah disepakati.

Bagian Nama Anggota
Nama anggota biasanya diteriakkan saat mereka menyanyikan solo atau tampil menonjol.

Bagian Akhir
Chant ditutup dengan seruan dukungan tambahan, seperti “Ganbare!” atau “Saikou!” untuk menunjukkan apresiasi kepada idola.

Teriakan chant mix berakhir sebelum idola mulai menyanyi. Mix tidak dilakukan untuk lagu bertempo pelan, sedih, atau balada. Meskipun dalam penerapannya di Indonesia, seringkali fans JKT48 memiliki kreasi chant-nya sendiri yang tidak diterapkan di Jepang. Semisal, sahutan “Bismillah” setelah bait pertama lagu “Pesawat Kertas 365 Hari” atau “OAOE” pada chorus lagu “Only Today”.

Dampak Ekonomi dan Berkembangnya Anime hingga Virtual Idol

Band virtual Gorillaz saat tampil pada tahun 2018
https://www.flickr.com/photos/philadelphia_live/43492082570/, CC BY-SA 2.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=89970832

Salah satu dampak ekonomi yang paling menonjol dari budaya idola adalah dalam sektor merchandise dan event tourism. Fans dari seluruh dunia rela menghabiskan uang untuk membeli barang-barang resmi seperti poster, photobook, atau aksesori yang terhubung dengan idola favorit mereka. Selain itu, konser dan acara bertemu idola (meet-and-greet) menjadi magnet wisata domestik dan internasional, meningkatkan pendapatan sektor pariwisata. Hal ini diperkuat dengan konsep “proximity marketing,” di mana interaksi langsung dengan idola, meski sebatas berjabat tangan, memberikan pengalaman emosional yang kuat bagi para penggemar.

Selain itu, para idola biasa tampil sebagai bintang iklan, dengan 50-70% iklan di Jepang menampilkan idola. Model bisnis “CM idol” yang dikonseptualisasikan oleh biro iklan Dentsu pada tahun 1980-an, menggunakan citra seorang idola sebagai aset pemasaran.Karena karir para idola tergantung pada citra mereka, para agensi biasanya menciptakan imej para idola berdasarkan tren di pasar dengan tujuan menghasilkan pendapatan sebanyak mungkin. 

Bersamaan dengan tujuan mempromosikan produk, iklan juga merupakan lintas platform untuk mempromosikan idola pada saat yang sama dengan mempertahankan merek dan branding idola di top of mind konsumen. Promosi karena iklan sering kali dibuat dengan idola tertentu yang sesuai dengan citra perusahaan. Menurut BBC, industri idola di Jepang dapat menghasilkan sekitar $1 miliar setahun.

Dampak idola Jepang juga meluas ke industri anime, di mana mereka sering menjadi pengisi suara atau model untuk karakter anime. Anime seperti Love Live! dan The Idolmaster adalah contoh nyata bagaimana konsep idola diintegrasikan ke dalam media animasi. Marc Steinberg menyampaikan bahwa popularitas proyek mix-media yang berhubungan dengan idola mungkin berasal dari aspek pengurusan yang ditemukan dalam permainan life simulation, dengan The Idolmaster menjadi waralaba idola terkenal pertama yang memasukkan hal ini. Franchise ini tidak hanya populer karena cerita dan animasinya, tetapi juga karena melibatkan idola nyata yang berperan dalam promosi dan pengisi suara. Hal ini menciptakan sinergi antara dua industri besar, yaitu musik dan animasi, yang saling mendukung untuk menghasilkan keuntungan finansial yang luar biasa.

Budaya idola sendiri sangat terikat dengan anime dan manga, dan sebagian besar penggemar anime juga merupakan penggemar idola. Beberapa mungkin lebih suka idola fiksi karena mereka tidak pernah bubar, meninggalkan grup, atau terlibat skandal. Sebuah studi tahun 2005 oleh Nomura Research Institute mengungkapkan bahwa penggemar idola adalah kelompok minat otaku terbesar ketiga, setelah komik dan anime.

Perkembangan teknologi juga mendorong kemunculan virtual idols, yang merupakan wujud digital dari konsep idola tradisional. Pada akhir tahun 2010-an, agensi idola memengaruhi model bisnis agensi VTuber seperti Hololive dan Nijisanji—yang berfokus pada campuran penyiaran langsung permainan video , hiburan, dan musik.

Virtual idol seperti Hatsune Miku, yang dihasilkan oleh teknologi vocaloid, telah membawa dimensi baru dalam budaya idola. Tanpa batasan fisik seperti manusia, virtual idol dapat tampil dalam konser holografik, di berbagai lokasi secara bersamaan, atau bahkan melibatkan penggemar dalam pembuatan musik melalui kolaborasi teknologi. Popularitas mereka tidak hanya membuka peluang di industri musik, tetapi juga di bidang teknologi dan inovasi.

Lebih lanjut, virtual idols dan idola anime kini memanfaatkan platform digital seperti YouTube dan media sosial untuk menjangkau audiens global. Perkembangan VTuber (Virtual YouTubers) seperti Kizuna AI memperlihatkan bagaimana idola virtual ini dapat membangun hubungan interaktif dengan penggemar melalui live streaming dan konten digital. Hal ini menciptakan ekosistem digital baru yang meningkatkan daya saing industri hiburan Jepang di pasar internasional. Model bisnis ini juga mengurangi risiko yang dihadapi idola manusia, seperti skandal pribadi, sehingga menjaga citra brand tetap konsisten.

Kesimpulannya, idola Jepang, baik dalam bentuk tradisional maupun virtual, telah menjadi pilar utama dalam perekonomian kreatif Jepang. Mereka tidak hanya menginspirasi penggemar dengan bakat dan karisma, tetapi juga memacu pertumbuhan ekonomi melalui diversifikasi produk, inovasi teknologi, dan kolaborasi lintas industri. Dengan popularitas yang terus meningkat, terutama di luar Jepang, potensi dampak ekonomi mereka akan terus berkembang, menjadikan mereka sebagai bagian integral dari budaya global.

Memahami Konsep 48Group

48Group dimulai oleh Yasushi Akimoto pada tahun 2005 dengan pembentukan AKB48 di Akihabara, Tokyo. Grup ini lahir dari konsep “Idols You Can Meet”, dengan teater khusus yang memungkinkan penggemar menyaksikan penampilan langsung hampir setiap hari. Ide ini merupakan inovasi besar dalam dunia idola, menghilangkan jarak antara idola dan penggemar. Dengan basis yang kuat di Akihabara, AKB48 berkembang pesat menjadi salah satu fenomena terbesar dalam dunia hiburan Jepang.

Ciri Khas 48Group

  1. Teater Sebagai Pusat Aktivitas

Teater menjadi inti aktivitas 48Group. Setiap grup memiliki teater tetap di mana anggota menampilkan pertunjukan harian. Ini memberikan pengalaman intim bagi penggemar untuk melihat idola favorit mereka secara langsung. Di teater, penggemar dapat merasakan suasana yang lebih dekat dan hangat dibandingkan konser besar.

  1. Sistem Senbatsu dan Sousenkyo

Dalam setiap perilisan single, anggota yang terpilih untuk menyanyikan lagu utama disebut Senbatsu. Proses pemilihan seringkali melibatkan penggemar melalui mekanisme voting, terutama dalam acara tahunan seperti Senbatsu Sousenkyo (SSK). Hal ini menciptakan keterlibatan aktif penggemar dalam menentukan arah karier anggota. Konsep ini tidak hanya mempererat hubungan antara penggemar dan idola tetapi juga menumbuhkan rasa kompetisi sehat di antara anggota.

  1. Sistem Generasi

Kebanyakan 48Group memiliki sistem rekrutmen berbasis generasi, dimana anggota baru diperkenalkan melalui audisi setiap tahun. Sistem ini memastikan regenerasi yang berkelanjutan. Penggemar dapat menyaksikan perjalanan anggota baru dari tahap awal hingga mencapai puncak karier mereka.

  1. Sistem Tim

48 Group dikenal memiliki sistem tim pada setiap grupnya, misalnya di AKB48 (sebelum peleburan tim di April 2023) terdapat 5 tim yaitu: Tim A, Tim K, Tim B, Tim 4, dan Tim 8. Pada umumnya, grup 48 lain memiliki tiga tim yang namanya diambil dari huruf nama grup. Untuk JKT48 (sebelum peleburan tim di masa New Era, Maret 2021), mereka memiliki 3 tim, yaitu Tim J, Tim KIII (angka III dihitung berdasarkan urutan terbentuknya tim dengan nama yang sama dari grup 48 lain), dan Tim T.

Karena pertunjukkan sehari-hari di teater hanya dilakukan oleh satu tim, maka memiliki beberapa tim tidak hanya mengurangi beban para anggotanya, namun juga memberikan kesempatan bagi AKB48 untuk mengadakan pertunjukan di beberapa tempat dan bahkan ke luar negeri pada waktu yang sama. Setiap tim memiliki keunikannya masing-masing.

  1. Lagu dengan Tema Kehidupan Sehari-Hari

Lagu-lagu 48Group sering kali mengangkat tema yang relatable seperti persahabatan, mimpi, dan kerja keras. Ini membuat pesan mereka mudah diterima oleh berbagai kalangan. Lagu-lagu tersebut tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan inspirasi bagi penggemar.

Ekspansi Internasional

Kesuksesan AKB48 memicu pembentukan grup saudari di Jepang (SKE48, NMB48, HKT48) dan di luar negeri, dimana Jakarta dipilih menjadi kota pertama tujuan ekspansi tersebut. Ekspansi ini bertujuan untuk menyebarkan budaya idola Jepang ke pasar global. Dengan adaptasi budaya lokal di setiap negara, 48Group mampu menjangkau penggemar internasional tanpa kehilangan identitas khasnya.

Langkah ekspansi tersebut berlanjut ke grup dan negara lain:

Nama grupNama panjangNegaraStatusWaralaba
AKB48Akihabara48JepangAktifAKB48 Group
SKE48Sakae48JepangAktifAKB48 Group
NMB48Namba48JepangAktifAKB48 Group
HKT48Hakata48JepangAktifAKB48 Group
NGT48Niigata48JepangAktifAKB48 Group
STU48Setouchi48JepangAktifAKB48 Group
SDN48Saturday Night48JepangBubarAKB48 Group
JKT48Jakarta48IndonesiaAktifAKB48 Group
SNH48Shanghai48ChinaAktifAKB48 Group (hingga 2016)
BNK48Bangkok48ThailandAktifAKB48 Group
CGM48Chiang Mai48ThailandAktifAKB48 Group
MNL48Manila48PhilippinesAktifAKB48 Group
AKB48 Team SHAkihabara48 Team ShanghaiChinaAktifAKB48 Group
AKB48 Team TPAkihabara48 Team TaipeiTaiwanAktifAKB48 Group
KLP48Kuala Lumpur48MalaysiaAktifAKB48 Group
SGO48Saigon48VietnamBubarAKB48 Group
DEL48Delhi48IndiaBubarAKB48 Group
MUB48Mumbai48IndiaBubarAKB48 Group

Awal Berdirinya JKT48

Source: Pande.co.id

Pembentukan JKT48 pertama kali diumumkan pada 11 September 2011 di sebuah acara AKB48 yang diadakan di Makuhari Messe di Chiba, Jepang. Wawancara untuk peserta berlangsung pada akhir bulan September, dengan audisi final untuk finalis pada 8 Oktober 2011 – 9 Oktober 2011.

Audisi tahap akhir berlangsung pada 2 November 2011. Setelah disaring kembali melalui tes menari Heavy Rotation dan menyanyikan lagu favorit, 28 orang peserta dinyatakan diterima. Generasi pertama diperkenalkan pada tanggal 2 November 2011 dan diperkenalkan di situs web resmi JKT48 pada tanggal 3 November 2011. Di antara 28 anggota, ada satu anggota yang berasal dari Jepang yang bernama Rena Nozawa yang tinggal di Jakarta. Produser Yasushi Akimoto mengatakan JKT48 akan menjadi “jembatan persahabatan antara Indonesia dan Jepang”.

Penampilan perdana JKT48 terjadi pada konser program musik “100% Ampuh” Global TV dari Bekasi Square, 17 Desember 2011. Lagu yang pertama kali mereka bawakan adalah Heavy Rotation dengan lirik bahasa Indonesia. Kostum JKT48 serupa dengan seragam sekolah Jepang yang menjadi ciri khas AKB48. Pada hari berikutnya, 18 Desember 2011, JKT48 untuk pertama kalinya berinteraksi dengan penggemar lewat acara Meet & Greet JKT48 di fX Sudirman Jakarta, dan menyanyikan Heavy Rotation. Kehadiran mereka menjadi angin segar dalam industri hiburan Indonesia, yang saat itu didominasi oleh boyband dan girlband lokal.

Adaptasi Konsep 48Group di Indonesia

  1. Teater JKT48

Pada tahun 2012, teater JKT48 diresmikan di Jakarta, tepatnya di fX Sudirman, setelah sempat berpindah tempat dari Nyi Ageng Serang dan Pasaraya Grande Blok M. Teater tersebut menjadi replika dari konsep teater AKB48. Di tempat ini, penggemar dapat menonton penampilan anggota secara langsung dengan jadwal rutin. Kehadiran teater ini menjadi bukti nyata komitmen JKT48 untuk menghadirkan pengalaman khas idola Jepang di Indonesia.

  1. Adaptasi Budaya Lokal

Lagu-lagu populer AKB48 seperti “Heavy Rotation” dan “River” diterjemahkan ke Bahasa Indonesia untuk menjangkau penggemar lokal. Selain itu, promosi dilakukan melalui media sosial, acara TV, dan kolaborasi dengan merek-merek besar. Hal ini memungkinkan JKT48 untuk diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia.

  1. Sistem Senbatsu dan Sousenkyo

JKT48 juga mengadaptasi sistem senbatsu dalam pemilihan member yang akan membawakan single baru JKT48. Sejauh ini, terdapat 3 metode dari manajemen untuk menentukan senbatsu, yaitu melalui seleksi internal manajemen, sousenkyo atau voting dari penggemar, dan janken atau adu suit.

Hingga tahun 2024, JKT48 sudah menyelenggarakan 7 kali sousenkyo, yaitu pada tahun 2014, 2015, 2016, 2017, 2018, 2019, dan 2024.

Pengaruh JKT48 di Industri Hiburan Indonesia

JKT48 membawa konsep idola Jepang yang unik ke Indonesia dan menciptakan fenomena baru di dunia hiburan. Mereka membuka jalan bagi grup lain yang mengadaptasi konsep serupa dan menginspirasi banyak orang untuk mengenal lebih jauh budaya Jepang. Kesuksesan mereka membuktikan bahwa inovasi dalam dunia hiburan dapat diterima dengan baik jika dikemas secara tepat.

Written by