Sebagai bagian tak terpisahkan dari dunia hiburan modern, fanbase bukan sekedar menjadi sekumpulan individu yang mengagumi seorang idola, melainkan sebuah komunitas yang bisa bergerak secara terorganisir dan rapi, memiliki tujuan yang jelas, dan bahkan mampu memengaruhi tren budaya di fandom maupun di luar.
Fenomena ini menunjukkan bagaimana media sosial dan konektivitas global telah mengubah cara kita berinteraksi dengan figur publik, menciptakan ikatan yang lebih dalam dan partisipasi yang lebih aktif dari para penggemar, tidak terkecuali untuk komunitas fanbase grup idola Jakarta, JKT48.
Mereka telah berevolusi dari sekadar kelompok penggemar menjadi kekuatan sosial dan ekonomi yang signifikan. Mereka memiliki sistem komunitas yang unik dan terus berjalan menggerakkan grup idolanya agar terus eksis di dunia hiburan tanah air.
Patrick Effendy, yang pernah menjadi produser Coboy Junior/CJR dan Unity, pada Podcast “Om-Om dan Generasi Stroberi” yang tayang di tahun 2021 pernah menyebut sistem bisnis grup idola ini yang dianggapnya berhasil me-manage komunitas dengan baik.
Selama nyaris enam tahun mengikuti perjalanan grup ini, dengan setahun mengamati internal sebuah fanbase member grup idola Jakarta sebagai admin fansite, penulis bisa sedikit berbagi perspektif dan sedikit menjelaskan bagaimana mereka bekerja. Apa saja kegiatan berdampak positif yang dilakukan mereka dan tidak tersorot media di saat warganet merujak berita negatif yang tak pernah terklarifikasi kebenarannya dan bagaimana intrik politik di balik keorganisasian ini? Pada artikel ini sedikit banyak kita bahas hal ini.
Apa Itu Fanbase?
Fanbase adalah sebuah kelompok yang memiliki minat dan kesukaan yang sama terhadap tokoh publik, selebriti, atau suatu fenomena tertentu. Fanbase biasanya terbentuk di sekitar individu atau entitas tertentu yang memiliki pengaruh besar dalam industri hiburan, seperti artis musik, aktor, atau film populer.
Sementara itu, fandom adalah istilah yang merujuk pada komunitas penggemar yang berkumpul secara online atau offline untuk berbagi minat dan kecintaan terhadap suatu topik tertentu.
Fandom merupakan wadah di mana para penggemar dapat berinteraksi, berdiskusi, berbagi karya-karya kreatif, dan mendukung satu sama lain dalam kecintaan mereka terhadap suatu hal. Fandom seringkali memiliki identitas, istilah khusus, dan budaya sendiri yang dikembangkan oleh komunitas penggemar.
Sedangkan fan club adalah sekelompok penggemar yang secara khusus dibentuk untuk mendukung dan mengikuti aktivitas dari tokoh atau kelompok tertentu. Fan club biasanya memiliki keanggotaan resmi yang dapat diikuti oleh para penggemar dengan mendaftar dan membayar biaya keanggotaan.
Meskipun terdapat perbedaan tersebut, semua entitas tersebut merupakan bentuk dukungan dan cinta para penggemar terhadap subjek yang mereka sukai.
Popularitas yang dimiliki oleh musisi atau selebritas seringkali bergantung pada seberapa besar dan kuat fanbase yang ia miliki. Penggemar yang setia akan secara sukarela melakukan promosi dari karya idolanya, pada hal ini mereka dapat memberikan ulasan positif ataupun membagikan konten yang ada di media sosial. Maka, hal ini dapat meningkatkan keberadaan musisi tersebut sehingga ia dapat lebih banyak menarik pengikut baru yang pada akhirnya bisa dikapitalisasi oleh manajemen untuk menjalankan skema B2B.
Konsep ini banyak diterapkan oleh manajemen grup idola di Jepang, sebagaimana yang telah dibahas di artikel “Adaptasi Budaya Idola Jepang di Indonesia” yang pernah ditulis sebelumnya. Dan ini diadaptasi oleh grup idola Jakarta dan mungkin meraih angka pendapatan yang tinggi dan dapat menghidupi operasional grup ini.

Tidak ada angka pasti terkait berapa pendapatan mereka, namun menurut laporan perusahaan induknya, IDN, di tahun 2024 mereka mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 58% secara tahunan (year-on year). Momentum ini berlanjut ke kuartal pertama 2025, dengan pendapatan tumbuh 35% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pencapaian ini didorong oleh strategi yang matang, eksekusi yang disiplin, serta transformasi besar di berbagai lini bisnis.
Fanbase dalam Konteks Grup Idola Jakarta
Dalam konteks fandom grup idola Jakarta, fanbase merujuk pada kelompok penggemar yang memiliki ketertarikan yang sama terhadap satu orang member yang menjadi oshimen-nya. Selain konteks kelompok pendukung salah satu member, fanbase dalam konteks fandom grup idola.
Fanbase di lingkup fandom JKT48 sendiri umumnya berbentuk seperti organisasi, mungkin seperti fans club. Meskipun dari manajemen sendiri mengadakan official fan club (OFC), fanbase di JKT48 seperti memiliki basis organisasinya tersendiri, bahkan memiliki struktur kepengurusan dan iuran. Sesuatu yang tidak ada di fanbase grup lain, atau bahkan fan club itu sendiri.
Setiap member JKT48 memiliki fanbase dengan nama unik yang mencerminkan karakter dan pesona mereka. Nama-nama fanbase ini seringkali merupakan permainan kata yang unik dan memiliki makna khusus bagi penggemar dan idolanya. Dengan adanya fanbase resmi, penggemar dapat bersatu untuk mendukung idola mereka secara kompak dengan satu tujuan yang sama.
Fanbase juga akan selalu mengadakan project menarik untuk idolanya ketika ulang tahun atau meraih pencapaian tertentu. Tentunya, sangat disayangkan jika kamu tidak bisa mengetahui update mengenai project maupun kegiatan terbaru sang idola.
Hal ini berbeda dengan sebutan fandom yang merujuk pada fandom adalah istilah yang merujuk pada komunitas penggemar yang berkumpul secara online atau offline untuk berbagi minat dan kecintaan terhadap suatu topik tertentu secara luas. Sebutan fandom di sini merujuk kepada perkumpulan yang memiliki sistem keorganisasian. Jika anda pernah mendengar “ketua fanbase”, istilah ini memang umum di kalangan fanbase karena memang kebanyakan fanbase ini bergerak seperti organisasi.

Uniknya, sistem fanbase ini sebenarnya adalah salah satu bentuk kearifan lokal grup idola ini. Di Jepang, tidak ada budaya khusus yang mengumpulkan para penggemar seorang member dan berjalan layaknya organisasi. Mereka hanya berjalan seperti biasa dan hanya menyebut diri mereka sebagai (nama member)-oshi.
Interaksi Tidak Resmi Fanbase dan Manajemen
Bagi para member, adanya fanbase adalah salah satu bentuk nyata yang dapat dilihat bahwa mereka telah didukung. Fanbase member ini dianggap sebagai representasi kehadiran penggemar yang mendukung, yang berarti dapat mempengaruhi sisi emosional dan dukungan untuk sang member meskipun tidak secara resmi diakui oleh manajemen.
Selain itu, “pengakuan manajemen” dapat terlihat dari penggunaan tagar pada postingan ulang tahun member yang mengambil dari project fanbase. Selain itu, dengan mengizinkan member mendatangi atau setidaknya berfoto dengan project yang telah disiapkan oleh fanbase.
Jika kalian amati ucapan ulang tahun member di akun resmi JKT48, mereka juga menggunakan hashtag yang dibuat oleh fanbase dalam rangka merayakan ulang tahun si member.
Secara de facto, tidak ada pengakuan resmi terhadap fanbase member ataupun regional. Mereka mengelola komunitas fans melalui platform resmi yang mereka buat, yaitu Official Fan Club (OFC).
https://jkt48.com/fanclub?lang=id
Proses Aklamasi Fanbase dan Dualisme
Tidak ada patokan pasti bagaimana secara keorganisasian fanbase terbentuk. Salah satu fenomena yang dapat dilihat dari masa new era JKT48 adalah bagaimana para penggemar sering mendeklarasikan fanbase secara kilat pasca-perkenalan member baru di event JKT48 (pertunjukan teater, konser, dll.)

Di masa sebelumnya, seringkali pembentukan fanbase tidak linier dengan jadwal perkenalan member setiap generasi. Ada yang berbarengan, ada juga yang sangat lambat berselisih bulan.
Mengutip dari pernyataan Tasya (ex-member JKT48 generasi 6), dia mengungkapkan bahwa sahabatnya, Jesslyn (ex-member JKT48 generasi 7) pernah sampai membuatkan “fanbase” ketika dia mengetahui kesedihan temannya yang saat itu telah menjadi member, yaitu Tasya (Generasi 6), masih belum memiliki fanbase dan merasa tidak ada yang mendukungnya.

Fanbase yang berjalan saat ini umumnya berjalan sendiri dan seolah “monopoli”. Bahkan jika terjadi dualisme atau multi-fanbase, mereka akan memilih untuk merger dan menyatu. Jika anda ingin membaca fenomena fanbase member generasi 13 beserta merger-merger yang terjadi di dalamnya, anda dapat membaca footnote yang ada di halaman website ini.
https://jkt48wiki.miraheze.org/wiki/Daftar_fanbase#Gen_13
Apakah di generasi sebelumnya tidak ada dualisme tapi berjalan beriringan? Jawabannya ada! Beberapa daftar member generasi lama yang memiliki dua fanbase atau lebih bisa kamu baca juga di halaman wiki di atas.
Tata Kelola Organisasi dan Keuangan
Terkait dengan kepengurusan, sebagaimana yang telah kita bahas sebelumnya, bahwa istilah fanbase dalam fandom grup idola Jakarta ini memiliki pergeseran makna sebagai sebuah keorganisasian sukarela dalam mendukung seorang member atau mendukung grup dengan kesamaan tertentu (misalkan, kesamaan asal daerah, kesamaan hobi, dll.)

Jika kita ingat mata pelajaran Kewarganegaraan di masa sekolah, syarat berdirinya sebuah organisasi adalah memiliki peraturan berupa Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), adanya kerjasama, visi dan tujuan, serta adanya struktur organisasi jelas meliputi pengurus dan anggota.
Dalam skema per-fanbase-an, unsur-unsur organisasinya nyaris terpenuhi. Kecuali AD/ART, sejauh pengalaman penulis bergabung sebagai anggota maupun pengurus memang tidak ditemukan dokumen atau pernyataan soal ini. Namun aspek lain seperti tujuan yang sama dan struktur organisasi yang jelas terbukti ada. Sayangnya, hingga artikel ini ditulis belum ada fanbase yang membuka struktur kepengurusannya secara publik.
Dalam penerapannya, ada fanbase yang menerapkan meritokrasi, dimana pengurus diambil dari anggota yang dianggap berkompeten memegang kepengurusan dan dilakukan recruitment di kalangan anggota internal. Lumrah juga jika pengurus fanbase diambil dari “sirkel” sendiri karena faktor pengalaman dan pemahaman karakter. Mirip-mirip skema orang dalam di perusahaan ketika merekrut karyawan baru.
Pada masa sebelum 2023, menjadi anggota fanbase sebenarnya cukup mudah. Mereka selalu menyediakan form yang terbuka, menunggu approval yang dilakukan secara berkala, dan masuk ke grup. Namun kondisi saat ini berbeda, terdapat sesi “buka-tutup” yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Tidak ada patokan pasti terkait kapan buka-tutup registrasi anggota, bisa karena kebutuhan dana untuk pelaksanaan project ke member atau “menambal” jumlah anggota yang telah keluar.
Jumlah anggota fanbase sendiri sebenarnya tidak banyak karena alasan yang cukup unik. Mayoritas fanbase menjadikan Line sebagai platform komunikasi, dimana untuk anggota grup di Line terbatas di angka 500 orang. Angka ini tidak menjadi jumlah pasti anggota fanbase, namun bisa menjadi batas maksimal dimana fanbase akan merekrut anggota baru.
Selain itu, dengan booming-nya popularitas grup pada 2023, fanbase mulai memfilter anggota yang akan bergabung ke dalam fanbase. Umumnya, mereka akan melihat media sosial dan tracking singkat mengenai background, serta posibilitas kemampuan anggota untuk membayar iuran kas.
Para kelompok fanbase member ini tentu tidak bergerak masing-masing, ada peran aliansi yang menyatukan mereka. Saat ini, mereka disebut sebagai “One Alliance”. Saat grup ini masih terdiri atas tiga tim (Tim J, KIII, T, plus Trainee Academy), masing-masing memiliki aliansinya menyesuaikan dengan posisi member yang didukung saat itu. Ada peluang dari mereka untuk berpindah aliansi mengikuti reshuffle tim dari member yang didukung.
Apa peran aliansi ini? Dalam kesehariannya, aliansi ini mengkoordinasi berbagai project yang akan dijalankan oleh masing-masing fanbase agar tidak saling bertabrakan dan bisa saling mendukung satu sama lain. Aliansi ini juga menjadi jembatan komunikasi mewakili penggemar, semisal dari manajemen yang sedang melaksanakan diskusi atau izin pengadaan space tenant ke manajemen mal fX Sudirman.
Misalkan, fanbase Gracia akan membuat pengumuman project untuk ulang tahun Gracia di tanggal 31 Agustus, maka fanbase akan menyampaikan ke grup aliansi sehingga fanbase lain bisa mengetahui dan menyesuaikan project mereka jika ada kemungkinan tabrakan.
Selain itu, aliansi ini juga bisa membuat project gabungan jika terdapat perayaan tertentu yang tidak terbatas ke member saja, namun secara grup. Misalkan, grup idola ini akan menyelenggarakan shonichi (pertunjukan perdana) setlist, maka One Alliance ini akan membuat project seperti banner ucapan selamat atau project lainnya sesuai diskusi seluruh fanbase member.
Dengan tersebarnya para penggemar grup ini di berbagai penjuru tanah air, tidak heran juga akan terbentuk fanbase regional yang merujuk pada perkumpulan penggemar grup idola Jakarta ini berdasarkan asal daerah.
Fanbase daerah ini juga memiliki aliansi tersendiri, yaitu Alliance Regional. Sebagaimana peran One Alliance dalam mengorkestrasi project, hal serupa juga dilakukan oleh Alliance Regional saat grup idola ini bertandang ke luar Jakarta.
Konsep fanbase daerah ini tidak terbatas pada komunitas penggemar grup secara umum saja. Bahkan, di dalam struktur fanbase member sendiri bisa jadi ada fanbase regional yang spesifik mendukung member tertentu.
Contoh kasus di fanbase Oniel, yaitu Onielity. Mereka memiliki tiga fanbase daerah yang terafiliasi dengan mereka, yaitu Sumatera Utara (Onielity SU), Jawa Timur (Onielity EJ/East Java), dan Makassar (Onielity Makassar). Ada juga yang tidak terafiliasi dengan Onielity namun sama-sama mendukung Oniel, yaitu “Barudak Oniel Bandung”.
Secara umum, pendapatan fanbase didapatkan dari berbagai cara. Umumnya, ada tiga sumber pemasukan, yaitu donatur pada event tertentu, iuran kas bulanan, dan hasil usaha.
Sebagaimana yang telah dibahas pada artikel “Refleksi Pagelaran Demokrasi dalam Grup Idola”, banyak fanbase mengandalkan donatur sebagai pemasukan terbesar dalam sebuah project. Tidak terbatas pada event Sousenkyo (SSK), namun juga untuk project lain seperti perayaan seitansai/ulang tahun, milestone setiap 100 show teater, dan project lainnya.
Selain itu, pemasukan rutin juga didapatkan dari iuran kas yang berkisar antara 25-30 ribu rupiah per bulan untuk masing-masing anggota.
Sumber pemasukan terakhir adalah hasil usaha. Usaha yang dilakukan ada beberapa bentuk, semisal berjualan merchandise, mengadakan pre-order makanan/snack saat event JKT48, atau menyediakan jasa tertentu.
Pengeluaran operasional fanbase di luar pelaksanaan project umumnya hanya berkisar pada maintenance seperti biaya hosting dan domain website jika ada, pengadaan giveaway, atau kebutuhan yang berkaitan dengan dasar operasional yang tergantung pada kebutuhan masing-masing fanbase.
Sedikit Di Balik Layar Project Fanbase
Penulis akan sedikit menceritakan pengalaman pribadi terlibat dalam proyek perayaan ulang tahun/seitansai member.
Selama dua tahun menjadi volunteer dan di tahun ini menjadi penanggung jawab untuk salah satu produk yang ditampilkan dalam project, umumnya timeline perencanaan seitansai akan dimulai sekitar 3 bulan sebelum hari ulang tahun. Konsep dan tema akan dibahas ke member melalui video call atau Meet and Greet (MnG) jika ada.
Setelah menemukan konsep yang disepakati ketua/koordinator/pengurus lainnya, di dalam kepengurusan akan mulai membahas garis besar tema yang akan disiapkan. Di momen ini juga akan dipilih ketua pelaksana project, yang secara hirarki merupakan bentuk kepanitiaan yang tidak harus terikat bahwa ketua project sama dengan ketua/pimpinan fanbase.
Setelah tema besar ditentukan dan disepakati dengan member, tim akan mulai menyusun sketsa dan mendaftar kebutuhan masing-masing. Ini juga akan menentukan divisi dan penanggung jawab, serta kebutuhan tim yang mungkin dialokasikan ke pengurus dan anggota yang direkrut sebagai volunteer.
Di bagian ini juga, penanggung jawab akan menghitung kebutuhan anggaran dan pendataan barang-barang yang akan diperlukan. Timeline juga akan disusun, dimulai menyiapkan proposal kepada donatur internal dan fanbase, urusan perizinan tenant dan pengajuan jadwal booking, serta pengumuman konsep kepada internal fanbase.
Proses yang paling krusial dan menjadi perhatian utama setiap menyelenggarakan project di mal fX Sudirman adalah soal tenant. Izin ini adalah yang dikeluarkan oleh manajemen mal. Proses pengajuan perizinan ini memiliki beberapa tahapan, mulai dari pengajuan proposal, loading properti, hingga pengawasan tenant untuk memastikan kesesuaian antara yang diajukan dengan proposal.
Beberapa pengurus fanbase yang pernah berurusan dengan perizinan manajemen mal pasti tidak asing dengan inisial “Mrs. R”.
Bentuk project ke member juga mengalami pergeseran. Di masa-masa generasi awal JKT48, jenis project yang paling sering muncul adalah ucapan berbentuk banner. Saat ini mulai bergeser hingga menyewa vendor. Belum lagi project di luar mal fX, seperti ucapan ulang tahun melalui videotron dan adboard stasiun, balon udara raksasa di kawasan GBK, atau terlibat dalam proyek sosial.
Bagi sebagian orang, ini adalah tanda kemajuan bahwa dukungan fans semakin banyak dan dana bukanlah menjadi penghalang, di sisi lain juga beberapa orang agak menyayangkan bahwa sisi kreativitas fanbase yang memudar dan terkesan sebagai langkah instan.
Meskipun begitu, penulis memahami dengan makin ketatnya aturan dari mal dan manajemen, perlu langkah alternatif agar project bisa berjalan sesuai rencana.
Tanda Tanya Eksistensi Fanbase
Sebagaimana yang telah dibahas pada artikel “Refleksi Pagelaran Demokrasi dalam Grup Idola”, banyak intrik politik yang terjadi dalam pelaksanaan Sousenkyo (SSK) sebagai pemilihan member yang akan membawakan single terbaru JKT48 berikutnya. Beberapa pengurus fanbase salah satu member yang melakukan rencana black campaign terhadap member lain. Pada awalnya ada yang membawa isu tersebut dan diceritakan ke pengurus lain hingga akhirnya isu tersebut bocor ke publik.
Apa dampaknya dengan hal tersebut? Donatur yang diharapkan akan menopang suara si member batal menggelontorkan dana untuk membantu pemenangan hingga posisi peringkat yang terancam karena kekurangan vote.
Masih dari artikel yang sama, kita juga pernah membahas terjadinya penggelapan dana fanbase. Selain dari dana donatur untuk SSK, fanbase juga memiliki dana iuran kas yang juga berpotensi disalahgunakan oleh pengurus. Dengan struktur yang tidak terbuka dalam penggunaan dana, anggota tentu sulit mengendus penyalahgunaan dana selain dari pelaksanaan project yang tidak sesuai harapan. Apresiasi untuk fanbase yang membuka laporan keuangan rutin.
Uang tidak selalu lari untuk urusan “waro” pribadi. Sekedar informasi, penggunaan kata waro berasal dari bahasa Sunda dan populer di fandom JKT48 dan terkait dengan fanservice member. Ada juga uang yang dimanfaatkan untuk kebutuhan pribadi, bahkan untuk hal-hal kriminal seperti judi online sebagaimana yang telah dibahas di artikel SSK.
Monopoli waro juga sering terjadi. Posisi-posisi tinggi dipandang memiliki “keistimewaan” hingga muncul candaan “ketua fanbase punya japri”. Jika anda pernah membaca artikel “Permainan Semu Itu Bernama Waro”, kita pernah membahas bagaimana pelaku yang dibahas menebar jaring bersama “sirkel”-nya untuk mengambil kendali beberapa fanbase member sehingga dapat melakukan hal tidak wajar kepada member.

Akhir kata, adanya komunitas penggemar yang memiliki struktur kepengurusan dan program kerja, serta berjalan atas kesukarelaan adalah sebuah langkah positif dalam mendukung sang idola. Bagaimana sebuah “organisasi” ini dapat menjadi wadah untuk bersosialisasi dan interaksi antar penggemar, mengonsolidasi sebuah gerakan mendukung member.
Adanya organisasi fanbase dan aliansinya diharapkan bisa melindungi dan memperjuangkan hak-hak serta kepentingan para penggemar. Lebih lanjut, adanya aliansi ini semoga dapat menjadi tempat interaksi para penggemar dan menyatukan bentuk dukungan kepada sang idola. Selain itu, hal ini bisa menjadi sebuah wadah aspirasi kepada manajemen untuk membangun komunikasi dengan komunitas yang lebih konstruktif.