Peluang Bisnis dari Celah Bisnis Parasosial

Fenomena musisi dan grup idola telah menciptakan ekosistem bisnis yang begitu masif. Namun, jarang disadari bahwa bisnis yang berputar di sekitar idola tidak hanya digerakkan oleh JOT (JKT48 Operational Team, manajemen JKT48) sebagai manajemen grup idola Jakarta kesayangan kita, tetapi juga oleh para penggemar itu sendiri. Dua entitas ini, meskipun sama-sama berorientasi pada profit dan keberlanjutan, memiliki filosofi, pendekatan, dan dampak yang berbeda.

Sebagai sebuah entitas bisnis, tentu saja manajemen grup idola akan mengupayakan berbagai macam cara untuk meraih keuntungan dengan “menjual” apa yang dapat dimonetisasi dari para penggemar mereka. Menjual album, tiket konser, merchandise, dan kerjasama bisnis antar-brand.

Tujuan utama bisnis yang dijalankan oleh manajemen adalah optimalisasi keuntungan dan pertumbuhan jangka panjang artis mereka. Mereka beroperasi dengan struktur korporat, tim profesional, dan strategi bisnis yang terencana. Keputusan bisnis didasarkan pada riset pasar, proyeksi pendapatan, dan analisis risiko.

Di sisi lain, ada bisnis yang muncul secara organik dari komunitas penggemar. Bisnis ini sering kali dimulai dari inisiatif individu atau kelompok kecil yang melihat peluang untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan sesama penggemar yang tidak dipenuhi oleh manajemen.

Motivasi di balik bisnis penggemar sering kali lebih kompleks daripada sekadar profit. Ada elemen kreativitas, ekspresi cinta dan dukungan, serta solidaritas komunitas. Keuntungan yang didapat sering kali digunakan untuk membiayai proyek penggemar lainnya, atau sekadar menutupi biaya operasional. Bisnis ini cenderung lebih fleksibel, responsif terhadap tren fandom, dan memiliki sentuhan personal yang kuat.

Pada artikel ini, penulis akan membicarakan bagaimana bentuk bisnis dari penggemar yang terbentuk dari sistem bisnis yang telah dibuat oleh JOT. Termasuk bagaimana adanya celah yang dimanfaatkan para penggemar terhadap kelemahan yang tidak dipedulikan oleh manajemen.

Jual-Beli Photocard: Bagaimana Produk Bonus Menjadi Balik Modal

Salah satu produk yang sering diperjualbelikan di kalangan fans grup idola Jakarta ini adalah photocard dan photopack. Photocard (setelahnya disingkat sebagai PC) adalah kartu foto kecil yang sering menjadi merchandise favorit di kalangan penggemar KPop dan juga penggemar idola umumnya. 

Berbeda dengan PC, photopack (selanjutnya disingkat sebagai PP) memiliki konsep serupa dengan PC namun memiliki perbedaan dari sisi ukuran foto dan event mendapatkannya. Konsep PP sendiri diambil dari produk bromide dari Jepang, yang merupakan istilah untuk menyebut fotografi potret komersial artis termasuk geisha, penyanyi, aktor, atau musisi idola di Jepang yang terbuat dari kertas yang diresapi dengan perak bromida, membuatnya peka terhadap cahaya dan karenanya dapat digunakan untuk pembesaran.

Perbedaan dari aspek event juga merupakan pembeda antara PC dan PP. PC umumnya didapatkan saat event seperti Meet and Greet, dan digunakan sebagai produk yang dijual dimana event-nya menjadi bonus pembelian. Terdapat juga skema lain seperti benefit kategori tiket konser atau pembelian merchandise tertentu. Sedangkan PC dijual sebagai sebuah produk yang bersifat gacha.

Apa yang menjadi menarik?

Jika memperhatikan penjualan tiket video call grup idola Jakarta, judul yang tertulis adalah “Pengumuman Mengenai Pre-Order Digital Photobook [Judul Photobook] dengan bonus Video Call with JKT48”

Banyak orang menganggap bahwa sesi video call-lah yang dijual oleh manajemen, padahal produk yang dibeli sebenarnya adalah digital photobook. Di sini terlihat bahwa produk yang seharusnya merupakan bonus justru dianggap produk utama, dan produk utama yang dijual malah dianggap sebagai bonus.

Hal ini berlaku untuk meet and greet yang sebenarnya menjual photocard. Meski tidak tercantum langsung pada judul pengumuman, hal tersebut bisa dilihat dari isi pengumuman dan peraturan yang tercantum.

Dengan mengesampingkan produk digital photobook yang secara pasar tidak pernah dijual, bahkan seringkali kode akses photobook-nya diberikan secara cuma-cuma oleh sesama penggemar, photocard yang menjadi produk utama meet and greet grup idola Jakarta ini menjadi komoditas baru di kalangan penggemar. Ada penggemar yang tidak datang ke meet and greet karena jarak ataupun sesi “bonus” yang telah sold out, sehingga mereka mengincar photocard yang didapatkan penggemar lain yang mendapatkan tiket meet and greet dengan membelinya. Bagi pemegang tiket meet and greet, ini merupakan lahan untuk mendapatkan keuntungan yang bisa menutupi modal pembelian photocard tersebut. Bagi mereka, yang dicari adalah interaksi langsung dengan member.

Teori supply and demand adalah konsep dasar dalam ilmu ekonomi yang menjelaskan bagaimana harga dan kuantitas barang atau jasa ditentukan di pasar. Teori ini menjelaskan hubungan antara pembeli dan penjual dalam suatu pasar, dan bagaimana interaksi mereka menentukan harga dan kuantitas yang diperdagangkan. Dengan adanya permintaan dan ketersediaan yang terbatas, tentu sebuah produk seperti photocard atau photopack memiliki nilai yang tinggi. Hal ini pernah diceritakan oleh Marshell Widianto yang mengaku menyukai JKT48 karena menjual photopack yang diberi oleh penggemar lain.

Photocard seperti menjadi koleksi yang ingin dimiliki penggemar karena memiliki desain yang unik, edisi terbatas, atau bahkan eksklusif. Menata dan mengoleksi photocard juga bisa menjadi bentuk hiburan atau relaksasi bagi penggemar.

Bagi sebagian orang, mengoleksi photocard atau merchandise lain dari idolanya membantunya melewati depresi, sebagaimana yang dikutip oleh SINDONews saat membahas Photocard KPop yang banyak diburu. Jawaban serupa juga dapat ditemukan di komunitas fandom grup idola Jakarta. Hal ini berkaitan dari sisi psikologis dan hubungan parasosial yang terbentuk antara penggemar dan idolanya.

Selain photocard bonus dari meet and greet festival yang secara jumlah bisa dibilang lebih banyak, ada juga jenis photocard lain yang lebih langka seperti benefit konser dengan kategori tiket tertinggi, random photocard yang didapat saat membeli merchandise edisi single terbaru, atau bonus pembelian produk kerjasama dengan sponsor yang berjumlah terbatas.

Untuk photopack, produk ini umumnya dijual sebagai produk tersendiri yang bersifat gacha. Jadi, pembeli produk ini tidak bisa mendapatkan photopack dari member favorit (oshimen)atau member yang diincar. 

Dengan jumlah barang yang terbatas, tentu kedua barang tersebut memiliki nilai yang cukup tinggi. Bahkan beberapa PC/PP dari member populer bisa lebih mahal daripada member lainnya.

Sayangnya, hal tersebut seringkali menjadi celah penipuan untuk sebagian orang. Dengan masifnya penjualan “produk eceran” merchandise di atas, maka kemungkinan adanya penipuan dengan produk yang tidak sesuai keterangan atau produk palsu masih sangat memungkinkan terjadi. Apalagi tidak ada patokan pasti untuk mengenali ciri-ciri produk PC/PP asli dan palsu.

Inilah yang mengakibatkan terjadi sebuah peristiwa yang pernah menggemparkan fandom mengenai pemalsuan photocard benefit konser Summer Festival 2023. Kejadian ini terungkap di awal tahun 2025 dimana seorang pembeli photocard benefit konser Summer Festival 2023 mencurigai photocard yang diterimanya memiliki warna, ukuran dan cuttingan yang berbeda.

Dari kejadian ini, terbongkar masalah besar bahwa terjadi kebocoran data photocard dari JOT di vendor percetakan. Hal ini dimanfaatkan oknum internal percetakan tersebut untuk memperkaya dirinya sendiri. Penggemar lain mencurigai photocard benefit konser Summer Tour yang seharusnya terbatas terkesan sangat banyak secara jumlah transaksi beredar di media sosial ataupun e-commerce

Hal ini tentu berbeda dengan pemalsuan PC/PP yang dialami oleh kebanyakan penggemar K-Pop atau sebagian di kasus fandom grup idola Jakarta, dimana penipu mencetak ulang photocard tersebut dengan kualitas yang timpang dan penjualan secara online yang tidak memungkinkannya dilakukan pengecekan sebelum membeli.

Merchandise Bootleg: Indikator Popularitas?

Produk bootleg adalah produk ilegal yang diproduksi dan dijual tanpa izin resmi dari pemilik aslinya. Istilah ini umum digunakan untuk menyebut produk bajakan, termasuk produk yang berkaitan dengan musik, film, merchandise, dan lain-lain. Istilah bootleg umumnya digunakan pada merchandise tidak resmi yang digunakan oleh orang-orang dan umumnya berupa kaos. 

Dalam konteks grup idola Jakarta, produk bootleg adalah produk-produk yang tidak pernah dirilis resmi oleh JOT. Penulis pernah menemui beberapa barang seperti kartu-kartuan atau gantungan kunci bergambar member JKT48 di abang-abang penjual mainan depan sekolah.

Harga yang ekonomis untuk mendapatkan barang yang berkaitan dengan grup idola/oshimen menjadi alasan utama banyak orang yang berminat dengan produk-produk tersebut. Selain itu, ketersediaan barang yang terbatas (misal produk birthday t-shirt yang hanya tersedia secara pre-order) menjadi alasan mengapa peredaran produk bajakan grup idola Jakarta ini cukup masif, ditambah dengan naiknya popularitas beberapa member seperti Michie atau Freya di media sosial.

Hasil pencarian produk “Birthday T-Shirt JKT48” di salah satu e-commerce (diakses pada 28 Mei 2025, catatan bahwa e-commerce ini bukan tempat resmi penjualan produk tersebut)

Alkisah Scam Kartu Kredit Untuk Kirim Gift Oshimen

Aplikasi SHOWROOM adalah layanan siaran langsung asal Jepang yang digunakan oleh idola Jepang dan pengisi suara/seiyuu. Dikembangkan oleh DeNA, Digunakan untuk proses audisi grup-grup idola seperti 22/7, Nogizaka46, dan Keyakizaka46.

Tampilan aplikasi web Showroom (showroom-live.com)

Perusahaan analitik aplikasi App Annie mengumumkan pada 13 September 2017, bahwa untuk setengah awal tahun 2017, dari segi pendapatan, SHOWROOM adalah aplikasi distribusi video peringkat teratas di Jepang. Di Indonesia, SHOWROOM digunakan oleh anggota grup idola Jakarta sebagai aplikasi siaran langsung utama mereka sehari-hari

Penggunaan Showroom oleh member diumumkan secara resmi pada perayaan ulang tahun Teater JKT48 pada September 2020. Kemudian dilanjutkan dengan pengumuman perilisan akun para member yang akan digunakan untuk siaran.

Konsep aplikasi Showroom adalah live streaming dimana idola dapat berinteraksi dengan para penggemarnya. Selain itu, penggemar juga bisa melempar gift yang bisa di-top up kepada idola yang mereka saksikan. Untuk penonton dengan gift terbanyak maka akan ada podium di setiap live-nya. Salah satu kebiasaan yang dilakukan member grup idola Jakarta saat melakukan live adalah membacakan peringkat podium tertinggi, umumnya dari 13 besar yang avatar-nya ditampilkan paling atas. 

Untuk mendapatkan notice atau waro dari member para penonton akan melakukan banyak hal, salah satunya adalah memberikan gift sebanyak-banyaknya agar berada di podium tertinggi. Dari titik ini muncul gamifikasi untuk meraih podium tertinggi, atau setidaknya dapat diketahui sang idola.

Mengingat aplikasi ini adalah aplikasi asal Jepang, maka metode pembayaran yang digunakan untuk top up gold (sebutan untuk nilai mata uang membeli gift/hadiah di SHOWROOM) terbatas hanya dari Google Play (yang saat itu juga terbatas) atau kartu kredit yang mengikuti kurs Yen. Celah inilah yang dimanfaatkan untuk jasa top-up.

Sayangnya, bisnis top-up gold ini tidak sepenuhnya berjalan pada platform yang seharusnya. Beberapa penyedia jasa mematok harga yang tidak wajar murahnya, sehingga beberapa orang mencurigai penyedia tersebut. Pada masa ramai penggunaan SHOWROOM saat itu, terdapat istilah “bom gift” dimana ada satu akun yang baru muncul dan eksistensi di fandom mulanya tidak diketahui kemudian menduduki podium member dan menjadi populer. Salah satu yang membuat istilah “wota sultan” sering muncul adalah karena peristiwa ini.

Penelusuran pemilik akun X “Nadramon” membuat rasa penasaran makin menjadi dan mengarah pada carding. Beberapa akun yang pernah di-gift dan melakukan top-up dari penyedia jasa tersebut mendapatkan banned dari aplikasi karena dianggap melakukan top-up secara tidak sah.

Entitas Bot Scraping Berkedok PM Murah

Aplikasi JKT48 Private Message merupakan aplikasi yang memberikan kesempatan unik bagi para penggemar untuk menerima pesan pribadi, mendapatkan konten eksklusif, dan merasakan kedekatan dengan idola. Jika anda familiar dengan aplikasi Bubble di Korea Selatan, aplikasi ini tidak berbeda jauh dengan itu. Hanya saja aplikasi ini dikembangkan sendiri oleh JKT48.

Ketika penulis bergabung di salah satu komunitas fans JKT48 di Discord, ada satu akun yang menawarkan private message murah menggunakan bot Discord. Akun tersebut menawarkan harga yang sangat tidak masuk akal, lima puluh ribu rupiah untuk semua member. Harga resminya untuk saat ini adalah Rp590.000,00.

Banyak modus pembelian bot, seperti forward account yang dibuat penggemar untuk “menulis ulang” pesan yang dikirimkan melalui akun resmi LINE yang di-forward ke akun buatan penjual. Semenjak aplikasi JKT48 Private Message dipindahkan dari LINE ke aplikasi tersendiri, skema penjualannya berubah menggunakan Telegram/Discord dengan melakukan scraping data langsung dari aplikasi yang masih memiliki bug

Contoh promosi Bot Private Message JKT48 di salah satu grup Facebook (via Google, diakses 24 Mei 2025)

Joki War Tiket VC dan MnG: Untung di Balik Celah Keamanan

Menurut laporan “Indonesia Gen Z Report 2024” yang dikeluarkan oleh IDN Research Institute, calo dan “war tiket” sudah menjadi budaya baru bagi penjualan tiket event di Indonesia. Meskipun partisipasi pembeli tiket konser ini terbatas, namun tidak mengurangi antusiasmenya. 

Alasan utama orang-orang bertarung untuk membeli tiket adalah keinginan untuk menghadiri live event populer, rasa secure mengamankan tiket sebelum kehabisan, persaingan untuk mendapatkan tiket terbatas, dan bahkan kesempatan untuk menjual kembali tiket untuk mendapatkan keuntungan.

Meskipun tidak terlalu luas, “war tiket” telah menjadi kebiasaan dalam komunitas penonton konser. Tren ini dicontohkan oleh contoh-contoh tertentu, seperti jumlah antrian yang terlihat pada grup K-Pop atau konser Coldplay di Indonesia, di mana tiket sangat dicari dan kompetitif. Hal ini juga terlihat ketika pembelian tiket seperti video call atau meet and greet JKT48 yang mengakibatkan “waiting room” aktif saat penjualan berlangsung.

Joki war tiket VC/MnG menjadi alternatif bagi para penggemar yang ingin berjumpa dengan oshi-nya namun malas mengantri di website yang performanya tidak stabil, ditambah dengan jam war tiket yang tidak masuk akal (umumnya malam hari). 

Alurnya, ketika telah diumumkan jadwal pembelian VC/MnG, para joki akan membuka form pemesanan beserta list harga perjokian yang bergantung pada jumlah tiket dan member (semakin cepat tiket member tersebut sold out, semakin mahal). Form tersebut termasuk informasi login akun pemesan. Di hari H, joki akan mengeksekusi pesanan tersebut dan memastikan bahwa pembelian telah berhasil. Jika pembelian berhasil, pemesan akan ditagih pembayarannya. 

Hingga saat artikel ini ditulis, ada sebuah celah yang tidak diselesaikan dan cenderung dibiarkan oleh JOT, yaitu saat mengaktifkan mode “waiting room” menjelang pembelian tiket video call atau meet and greet tidak seluruh user “terpental” ke waiting room. Tentu ini dimanfaatkan oleh sebagian pengguna untuk tetap stay di dalam website dan menyediakan jasa untuk membantu “war tiket” dan memastikan pelanggannya mendapatkan tiket video call atau MnG yang diinginkan.

Terlepas dari aspek waiting room yang bercelah dan malah menutup akses ke seluruh website (dimana normalnya hanya halaman pembelian tiket saja yang terdampak), hal ini menimbulkan bahaya baru dalam celah keamanan. Para joki akan meminta akses ke akun milik pembeli berupa email dan password. Tentu saja dengan akses tersebut penjoki bisa mendapatkan informasi sensitif pelanggannya, terutama jika penjoki tidak amanah.

Mungkin tidak ada kerugian secara finansial, mengingat tidak ada celah untuk menguras kartu kredit/saldo pengguna, pembelian produk berbasis point yang tidak dapat dipindahtangankan, serta tidak bisa dilakukan pengalihan pembelian tiket video call atau meet and greet. Namun penjoki dapat melihat informasi sensitif yang tercantum di my page seperti NIK, nomor telepon, dan alamat.

Joki Cheki Online dan Sharing Account

“Cheki” adalah istilah dalam bahasa Jepang yang merujuk pada foto polaroid atau hasil cetak instan dari kamera Instax, seperti Instax Mini. Istilah ini sering digunakan untuk mengacu pada foto-foto yang diambil dengan kamera tersebut dan biasanya dikumpulkan sebagai kenang-kenangan, terutama dalam konteks acara kafe atau acara penggemar.

Salah satu produk yang ditawarkan oleh grup idola Jakarta di masa pandemi adalah two shot online. Istilah “two shot” dalam konteks pengambilan gambar adalah teknik yang menampilkan dua objek atau orang dalam satu frame. Sedangkan pada konteks grup idola Jakarta, two shot adalah salah satu jenis acara interaksi antara penggemar dengan member di mana penggemar dapat berfoto bersama dengan member grup idola Jakarta selama beberapa detik.

Selain penjualan two shot langsung di acara meet and greet festival atau birthday two shot di pertunjukan teater ulang tahun member, penggemar bisa membeli produk two shot online melalui aplikasi Chekicha. Aplikasi ini dikembangkan oleh IBG Media Inc. dan dikelola oleh UtaTen Idol dari Jepang, yang digunakan untuk membangun interaksi secara daring antara penggemar dan idolanya menggunakan konsep 1 on 1 video call. Selain video call, aplikasi ini juga dapat memotret seolah sebagai polaroid.

Kehadiran aplikasi ini membuat para penggemar antusias, mengingat konsep aplikasi serupa belum pernah muncul di Indonesia saat peluncurannya di September 2021. Saat itu, kerja sama ini berbentuk event khusus, kemudian berlanjut dengan event rutin seperti online two-shot roulette yang diadakan setiap setelah pertunjukan di teater dan birthday two-shot online setiap perayaan ulang tahun member.

Cara pembelian sesi two shot di Chekicha umumnya dilakukan 30 menit sebelum sesi dimulai. Sehingga diperlukan upaya “war” untuk mengamankan sesi online talk ini. Seiring meningkatnya permintaan dan kebutuhan, maka bermunculan “joki” yang menjamin slot didapatkan pembeli. Konsep ini serupa dengan joki war tiket VC dan MnG yang sudah kita bahas sebelumnya.

Namun, ada satu celah yang ditemukan beberapa orang, yaitu akun premium. Akun premium di Chekicha memungkinkan pemiliknya untuk membeli lebih awal sebelum waktu war normal di 30 menit sebelum sesi dimulai. Dengan cara ini, para joki mengubah sistem penjualannya dengan berjualan sesi online talk ini menggunakan akun yang digunakan meskipun melanggar kebijakan aplikasi tersebut.

Celah ini kemudian ditutup oleh pihak pengelola aplikasi dan dikhususkan hanya untuk penjualan sesi untuk JKT48. Hal ini tidak berlaku untuk idola lain yang semuanya merupakan idola Jepang.

Perlindungan Konsumen dan Pelanggaran Kebijakan

Dalam konteks hukum Indonesia, transaksi jual beli merchandise di luar official store memiliki status hukum yang sah secara perdata selama memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1457 hingga 1540 KUHPerdata. Pasal 1457 mendefinisikan jual beli sebagai perjanjian antara penjual dan pembeli, di mana penjual mengikatkan diri menyerahkan hak miliknya atas suatu barang kepada pembeli, dan pembeli mengikatkan diri untuk membayar harga barang tersebut.

Namun, perlu dicatat bahwa transaksi ini tidak berada di bawah kendali manajemen, sehingga potensi risiko seperti penipuan, barang palsu, atau ketidaksesuaian deskripsi barang menjadi lebih tinggi dan harus ditanggung oleh para pihak yang bertransaksi.

Meskipun secara perdata sah, transaksi jual beli merchandise di luar official store juga memiliki beberapa implikasi hukum yang perlu diperhatikan. Pertama, perlindungan konsumen mungkin tidak sekuat jika bertransaksi di official store, karena umumnya tidak ada mekanisme pengaduan atau penyelesaian sengketa yang formal. 

Kedua, terkait hak kekayaan intelektual, penjualan merchandise oleh pihak ketiga tanpa izin resmi dari JOT bisa berpotensi melanggar hak cipta atau merek dagang, meskipun dalam praktiknya hal ini jarang dipermasalahkan jika penjualan dilakukan dalam skala kecil dan bukan untuk tujuan komersial besar-besaran.

Meskipun penulis pernah membaca sebuah artikel yang beropini bahwa grup idola Jakarta ini mungkin tidak terlalu memedulikan hak cipta lagu-lagunya karena model bisnis yang berbeda, dimana penjualan tiket event, pertunjukan rutin di teater, dan merchandise bisa menopang operasional bisnisnya tanpa repot memikirkan aspek musik yang mayoritas masih menyadur dari sister group-nya.

Oleh karena itu, bagi pembeli, penting untuk selalu berhati-hati, memastikan keaslian barang, dan bertransaksi dengan penjual yang terpercaya guna meminimalisir risiko hukum dan kerugian yang mungkin timbul.

Meskipun berbeda, ada kalanya bisnis penggemar dan manajemen bisa bersinergi. Misalnya, penjualan merchandise tidak resmi yang unik bisa memicu minat pada merchandise resmi, atau proyek ulang tahun penggemar yang besar dapat meningkatkan citra positif idola. Namun, tak jarang pula terjadi konflik, terutama terkait pelanggaran hak cipta dan merek dagang. Manajemen seringkali mengeluarkan peringatan atau bahkan mengambil tindakan hukum terhadap penjualan merchandise tidak resmi yang menggunakan citra idola tanpa izin.

Selain soal perlindungan hukum terhadap jual-beli merchandise, kita perlu pahami terkait beberapa case yang telah kita bahas seperti jasa top-up, bot scraping, ataupun jasa war tiket. Beberapa platform memiliki kebijakan penggunaan yang cukup ketat.

Melanggar kebijakan aplikasi bisa memiliki konsekuensi hukum, tergantung pada jenis pelanggaran dan regulasi yang berlaku. Beberapa pelanggaran, seperti pelanggaran hak cipta atau akses ilegal, bisa dikenai sanksi pidana, sedangkan pelanggaran lain mungkin hanya mendapatkan sanksi perdata atau administrasi dari pihak pengembang aplikasi.

Penggunaan aplikasi bajakan, penjualan akun premium ilegal, atau penyebaran karya cipta tanpa izin bisa dikenai sanksi pidana berupa penjara dan denda. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta mengatur tentang perlindungan hak cipta dan sanksi pelanggarannya, termasuk pidana penjara dan denda. Pasal 72 menyebutkan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp500 juta untuk penggunaan perangkat lunak secara ilegal.

Kita perlu bijak dalam membeli sebuah produk berbasis teknologi yang dikeluarkan oleh grup idola ini. Jangan sampai kita terjebak pada sikap Fear Of Missing Out (FOMO) yang mendorong kita untuk terlalu konsumtif dan memanfaatkan celah bisnis yang mungkin akan membawa kita mendekam di balik jeruji besi.

Written by